1. Bagaimana Sariwangi bisa bangkrut?
Perusahaan teh PT Sariwangi Agricultural Estate Agency berdiri sejak tahun 1962.
Kantornya berada di Gunung Putri Bogor Jawa Barat.
Tahun 1970-an, Sariwangi kemudian memperkenalkan revolusi minum teh lewat produk teh celup. Saat diluncurkan, produk teh yang sukses luar biasa hingga kini ini kemudian diberi merek Teh Celup Sariwangi.
PT Sariwangi Agricultural Estate Agency bersama perusahaan afiliasinya, PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung, didera kesulitan. Dua perusahaan tersebut terjerat utang hingga Rp1,5 triliun ke sejumlah kreditur. (Teh Sariwangi.com)
Tapi, produk ini kemudian diakuisisi oleh Unilever pada 1989.
PT Sariwangi Agricultural Estate Agency kemudian mencoba berinvestasi di penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi perkebunan. Perusahaan ini mengembangkan sistem drainase atau teknologi penyiraman air dan telah mengeluarkan uang secara besar-besaran.
Presiden Direktur Sariwangi, Andrew Supit. Perusahaan teh Sariwangi dinyatakan bangkrut atau pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat setelah dinyatakan tak mampu mengembalikan utang sebesar Rp 1 triliun. Namun hasil yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Sudah terlanjur utang besar, tapi pendapatan tak sesuai prediksi. Ujung-ujungnya, pembayaran cicilan utang tersendat dan sejumlah kreditur pun mulai mengajukan tagihan.
Masalah keuangan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency bersama perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung, mulai terendus pada tahun 2015. Dua perusahaan ini ternyata terjerat utang hingga Rp 1,5 triliun ke sejumlah kreditur.
Tercatat, ada lima bank yang mengajukan tagihan pada tahun itu, yakni PT HSBC Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth.
2. Apa hubungan Sariwangi dengan Unilever?
Manajemen PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menegaskan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung (MPISW) bukan merupakan bagian atau anak usaha dari PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Head of Corporate Communication PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), Maria Dewantini Dwianto, menuturkan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency pernah menjadi rekanan usaha Unilever untuk produksi merek teh Sariwangi. Akan tetapi, perseroan sudah tidak bekerja sama dengan SAEA.
Sebelumnya, Unilever Indonesia bertindak sebagai distributor teh Sariwangi. Unilever Indonesia akuisisi merek Sariwangi pada 1989. Sedangkan SAEA berdiri sendiri dan memiliki infrastruktur.
"Saat ini Unilever sudah tidak memiliki kerja sama apa pun dengan SAEA. Unilever tetap produksi teh Sariwangi sehingga teh Sariwangi akan terus bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia," ujar Maria, seperti ditulis Kamis (18/10/2018).
Seperti diberitakan Liputan6.com sebelumnya, Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengabulkan pembatalan perjanjian perdamaian yang diajukan PT Bank ICBC Indonesia terhadap PT Sariwangi Agricultural Estate Agency dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung. Keputusan itu membuat Sariwangi dan Indorub resmi berstatus pailit.
"Kedua perusahaan itu sudah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat," ujar Kuasa Hukum Bank ICBC Indonesia, Swandy Halim dari Kantor Hukum Swandy Halim & Partners saat dihubungi Liputan6.com.
Berdasarkan keputusan pengadilan itu, Sariwangi dan Indorub telah terbukti lalai menjalankan kewajiban sesuai kesepakatan perdamaian dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang sebelumnya disepakati pada 9 Oktober 2015.
Di PKPU, Sariwangi tercatat memiliki utang Rp 1,05 triliun. Adapun Indorub punya utang Rp 33,71 miliar kepada sejumlah bank, termasuk ICBC Indonesia.
Hingga 24 Oktober 2017, ICBC memiliki tagihan senilai Rp 288,93 miliar kepada Sariwangi, dan Rp 33,82 kepada Indorub. Nilai tagihan tersebut sudah termasuk bunga yang juga harus dibayarkan Sariwangi dan Indorub.
"Sariwangi tidak pernah membayar cicilan dan tidak pernah hadir di persidangan. Kalau Indorub datang di sidang dan dia melanggar perjanjian karena telat membayar cicilan setahun lebih," jelas dia. Swandy menyatakan, setelah putusan ini hakim akan menunjuk kurator untuk mengurus aset kedua perusahaan tersebut. "Dari hasil kurator, nanti asetnya dilelang untuk membayarkan utang," tuturnya.
3. Bagaimana peran Unilever terhadap Sariwangi?
Saat ini Unilever sudah bukan lagi distributor dari Sariwangi karena Unilever sudah memutuskan perjanjian kerja sama dengan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA).
4. Bagaimana kondisi Sariwangi sekarang terhadap produknya?
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dikabarkan telah memutuskan kerjasama dengan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA). Sebelumnya PT SAEA menjadi rekan usaha Unilever dalam memproduksi teh celup dengan brand Sariwangi, dimana Unilever Indonesia bertindak sebagai distributor teh celup tersebut.
Sancoyo Antarikso, Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk menegaskan saat ini perusahaan memproduksi brand teh celup itu sendiri, serta sebagian dibantu dengan pihak ketiga yang ia sebut, third party manufacturer. Sayangnya ia tidak merinci siapa rekan yang digandeng untuk memproduksi Sariwangi itu.
UNVR berkomitmen untuk tetap menyediakan brand teh celup tersebut, dimana perusahaan mengklaim teh tersebut sebagai market leader di segmennya. Mengenai berapa kemampuan volume produksi Unilever untuk teh celup itu, Santiko tidak dapat memberikan detilnya. Sebelumnya dalam pemberitaan Kontan.co.id, tercatat bahwa mantan rekan UNVR yakni PT SAEA saja mampu memproduksi kurang lebih 40.000 ton-50.000 ton teh celup setiap tahunnya.
Mengenai kompetisi di tengah banyaknya produk teh celup dan teh olahan lainnya, Unilever tak merasa khawatir dan tetap maju dengan kemampuan bisnisnya yang adaptif. "Sebab kami akan terus berinovasi," sebut Sancoyo. Adapun jauh-jauh hari, UNVR sempat melakukan pembaruan untuk segmen teh celup dengan merilis brand produk Sarimurni. Menurut laporan keuangan tahun 2017, kategori teh ini berhasil memberikan pertumbuhan yang positif serta peningkatan marjin yang signifikan karena harga komoditas yang lebih rendah dan karena adanya inisiatif penghematan.
UNVR menilai Sarimurni menunjukkan kinerja yang sangat kuat, cukup sukses meningkatkan pangsa pasar dan memposisikan diri sebagai pemimpin pasar pada segmen teh vanila. Unilever mengklaim Sarimurni tumbuh di atas pertumbuhan rata-rata segmennya di tahun 2017 lalu.
Menilik laporan keuangan perseroan sampai semester-I 2018, sektor makanan dan minuman (mamin) menyumbang 33% dari total pendapatan UNVR, yakni Rp 7,117 triliun. Capaian penjualan mamin naik mini kurang dari 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 7,110 triliun.
Sementara penyumbang terbesar berasal dari segmen home and personal care sebanyak Rp 14,06 triliun di semester-I 2018. Jumlah tersebut turun mini dibandingkan capaian di semester-I 2017 yang senilai Rp 14,15 triliun.
Secara total penjualan bersih UNVR tercatat turun sekitar 0,3% menjadi Rp 21,18 triliun dari sebelumnya Rp 21,26 triliun. Sedangkan laba bersih yang diperoleh pada paruh pertama tahun ini sebesar Rp 3,69 triliun, turun sekitar 0,5% dibandingkan tahun lalu yang mencatatkan nilai Rp 3,71 triliun.
Sumber:
http://kaltim.tribunnews.com/2018/10/18/perusahaan-teh-sariwangi-bangkrut-kronologis-dibalik-bangkrutnya-pelopor-teh-celup-di-indonesia?page=3
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3670292/unilever-sariwangi-bukan-bagian-anak-usaha
http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/10/18/saea-pailit-unilever-akhirnya-produksi-sendiri-teh-sariwangi
|